Risalatul Mahidl Bagian Delapan Belas


MUSTAHADLOH KE 6
Adalah Mu'tadah ghoiru mumayyizah dzakiroh li'adatiha qodron duna waktin.
Yaitu wanita yang pernah mengalami haidl sebelumnya dan tidak bisa membedakan darahnya, namun dia ingat pada jumlah masa haid yang di alami sebelumnya tapi tidak ingat permulaan haidlnya.

Contoh :
Seorang  wanita yang mengeluarkan darah 1 bulan penuh, dia berkata:
~ Sebelumnya saya pernah haid 5 hari dalam lingkup 10 hari pertama.
~  Saya tak ingat kapan darah itu mulai keluar.
~ Saya benar-benar yakin bahwa tanggal 1 saya dalam keadaan suci.
~ Saya pun yakin bahwa tgl 6 saya haidl.

Maka hukum mustahadhoh model seperti ini :
~ Tanggal 1 dipastikan suci/istihadhoh.
~ Tanggal 2 sampai tanggal  5 dimungkinkan haidl dan suci tapi tidak dimungkinkan inqitho' {awal terhentinya darah}
~ Tanggal 6 dipastikan haidl.
~ Tanggal 7 sampai tanggal 10 dimungkinkan haid dan suci juga inqitho'.
~ Tanggal 11 sampai tanggal 30 dihukumi suci/istihadhoh.

Itu artinya:
~ Hari yang diyakini suci berlaku hukum-hukumnya orang suci. (tanggal 1) dan ( tanggal 11 sampai tanggal 30)
~ Hari yang diyakini haidl maka berlaku hukumhukumnya orang yang haidl (tanggal 6).
~ Hari-hari yang ada kemungkinan suci dan haid (tanpa inqitho') maka berlaku hukum mutahayyiroh, namun tidak mandi karena tidak ada kemungkinan inqitho'( tanggal 2 sampai tanggal 5)
~ Hari-hari yang ada kemungkinan haid, suci  dan inqitho' selain berlaku  hukum mutahayyiroh, juga harus mandi pada tiap waktu shalat (tanggal 7 sampai tanggal 10).

NB:
Diwajibkan mandi setiap akan melakukan shalat itu jika dia tidak ingat jam berhentinya darah (inqitho') pada haidl sebelumnya, namun jika dia ingat jam berhentinya haidl pada bulan sebelum istihadloh maka kewajiban mandi cuma pada jam berhentinya haidl tersebut.


MUSTAHADLOH KE 7
Adalah Mu'tadah ghoiru mumayyizah dzakiroh li'adatiha waqtan duna qodrin
Yaitu orang yang tidak bisa membedakan darah dan pernah mengalami haidl sebelumnya namun dia hanya ingat pada waktu permulaan keluarnya haidl, tidak ingat pada jumlah haidl yang dialami sebelumnya.

Contoh :
Seorang wanita yang keluar darah sebulan penuh berkata:
~ Sebelumnya saya pernah haidl yang bermula di awal bulan (tanggal 1)
~ Saya tidak ingat berapa hari jumlah haidl saya.

Maka hukumnya:
~ Tanggal 1 : haidl
~ Tanggal 2 sampai tanggal 15 : ada kemungkinan haid, suci, dan inqitho'.
~ Tanggal 16 sampai tanggal 30 : suci /istihadhoh.

Itu artinya;
~ Pada hari yang diyakini suci berlaku hukum-hukumnya orang suci ( tanggal 16 sampai tanggal 30).
~ Pada hari yang diyakini haidl berlaku hukum-hukumnya orang haidl (tanggal 1).
~ Pada hari yang memugkinkan haidl, suci dan inqitho' dihukumi sama dengan mutahayyiroh namun dia wajib mandi setiap akan melakukan shalat jika pada bulan terakhir dia tidak ingat pada jam berapa berhentinya haidl (tanggal 2 sampai tanggal 15)

قليوبي ١ / ١٢٣
(وَإِنْ حَفِظَتْ شَيْئًا) مِنْ عَادَتِهَا دُونَ شَيْءٍ كَأَنْ حَفِظَتْ الْوَقْتَ دُونَ الْقَدْرِ أَوْ عَكْسَ ذَلِكَ (فَلِلْيَقِينِ) مِنْ حَيْضٍ وَطُهْرٍ (حُكْمُهُ وَهِيَ فِي الْمُحْتَمَلِ) لِلْحَيْضِ وَالطُّهْرِ (كَحَائِضٍ فِي الْوَطْءِ وَطَاهِرٍ فِي الْعِبَادَةِ وَإِنْ احْتَمَلَ انْقِطَاعًا وَجَبَ الْغُسْلُ لِكُلِّ فَرْضٍ) احْتِيَاطًا، وَيُسَمَّى مُحْتَمَلُ الِانْقِطَاعِ طُهْرًا مَشْكُوكًا فِيهِ وَاَلَّذِي لَا يَحْتَمِلُهُ حَيْضًا مَشْكُوكًا فِيهِ. وَالْحَافِظَةُ لِلْوَقْتِ كَأَنْ تَقُولَ كَانَ حَيْضِي يَبْتَدِئُ أَوَّلَ الشَّهْرِ فَيَوْمٌ وَلَيْلَةٌ مِنْهُ حَيْضٌ بِيَقِينٍ، وَنِصْفُهُ الثَّانِي طُهْرٌ بِيَقِينٍ، وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ يَحْتَمِلُ الْحَيْضَ وَالطُّهْرَ وَالِانْقِطَاعَ. وَالْحَافِظَةُ لِلْقَدْرِ كَأَنْ تَقُولَ حَيْضِي خَمْسَةٌ فِي الْعَشْرِ الْأُوَلِ مِنْ الشَّهْرِ لَا أَعْلَمُ ابْتِدَاءَهَا وَأَعْلَمُ أَنِّي فِي الْيَوْمِ الْأَوَّلِ طَاهِرٌ، فَالسَّادِسُ حَيْضٌ بِيَقِينٍ وَالْأَوَّلُ طُهْرٌ بِيَقِينٍ كَالْعِشْرِينِ الْأَخِيرِينَ، وَالثَّانِي إلَى آخِرِ الْخَامِسِ مُحْتَمَلٌ لِلْحَيْضِ وَالطُّهْرِ وَالسَّابِعُ إلَى آخِرِ الْعَاشِرِ مُحْتَمَلٌ لِلِانْقِطَاعِ أَيْضًا.

تحفة المحتاج ١ / ٤٠٨
(وَتَغْتَسِلُ لِكُلِّ فَرْضٍ) فِي وَقْتِهِ كَمَا بِأَصْلِهِ وَكَأَنَّهُ اكْتَفَى بِقَوْلِهِ وَتَتَوَضَّأُ وَقْتَ الصَّلَاةِ وَذَلِكَ لِاحْتِمَالِ الِانْقِطَاعِ كُلَّ وَقْتٍ وَمِنْ ثَمَّ لَوْ ذَكَرَتْ وَقْتَهُ كَعِنْدَ الْغُرُوبِ اغْتَسَلَتْ عِنْدَهُ كُلَّ يَوْمٍ فَقَطْ

قَوْلُ الْمَتْنِ (لِكُلِّ فَرْضٍ) خَرَجَ بِهِ النَّفَلُ فَلَا يَجِبُ عَلَيْهَا الِاغْتِسَالُ لَهُ، وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ نِهَايَةٌ اهـ سم قَالَ ع ش قَوْلُهُ لِكُلِّ فَرْضٍ أَيْ، وَلَوْ نَذْرًا أَوْ صَلَاةَ جِنَازَةٍ زِيَادِيٌّ وَظَاهِرُهُ أَنَّهَا تُصَلِّي عَلَى الْجِنَازَةِ وَلَوْ مَعَ وُجُودِ الرِّجَالِ، ثُمَّ قَوْلُهُ وَصَلَاةَ جِنَازَةٍ هُوَ ظَاهِرٌ حَيْثُ لَمْ تَتَعَدَّدْ الْجَنَائِزُ فَإِنْ تَعَدَّدَتْ وَصَلَّتْ عَلَيْهَا دَفْعَةً وَاحِدَةً كَفَاهَا غُسْلٌ وَاحِدٌ كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ، وَقَوْلُهُ م ر فَلَا يَجِبُ عَلَيْهَا الِاغْتِسَالُ إلَخْ

Artikel terkait :

Posting Komentar untuk "Risalatul Mahidl Bagian Delapan Belas"