Menolak Perjodohan Orang Tua Dalam Islam

Anak muda zaman generasi sekarang bisa dipastikan, tidak ada yang belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Sehingga tak jarang, gara-gara ulah yang mereka lakukan tersebut, berdampak konflik diantara keluarga dengan sang anak. Seperti apa yang terjadi pada mbak ‘Aisyah yang tidak mau atau menolak dijodohkan dengan seorang laki-laki pilihan orang tuanya, karena dia sudah mempunyai pilihan sendiri. Bagaimana menurut syara’ atau hukum Islam menyikapi menolak perjodohan orang tua? 

cara menolak perjodohan,kata kata menolak perjodohan,istilah perjodohan dalam islam,perjodohan dalam islam disebut,cara menolak dijodohkan teman,hukum menolak pilihan orang tua,jodoh dari orang tua,istilah dijodohkan dalam islam,Menolak Perjodohan Orang Tua,Menolak Perjodohan Orang Tua dalam islam,Menolak Perjodohan Orang Tua dalam hukum islam,Menolak Perjodohan Orang Tua menurut pandangan fikih,Menolak Perjodohan Orang Tua menurut pandangan fiqih

Jawab: Jika calon suami pilihan orang tua dengan pilihan sang anak sama dalam segi levelnya (kufû’), maka mbak ‘Aisyah harus patuh pada pilihan sang orang tua, sebab orang tua lebih tahu mana yang lebih maslahah baginya. Menurut pendapat Imam as-Subuki, pilihan sang anak harus di kedepankan, untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Sehingga sang orang tua harus menuruti terhadap pilihan sang anak. Sementara menurut pendapat Imam al-Adra'I, apabila pilihan sang anak(anakperempuan yang akan menikah) mempunyai nilai lebih dalam hal ketampanannya dan kekayaannya, maka sang orang tua tersebut harus memenuhi permintaan sang anak.

Referensi:

 

&    فتح المعين هامش إعانة الطالبين الجزء 3 صحـ :  363 دار الفكر

(فُرُوْعٌ) لاَ يُزَوِّجُ اْلقَاضِيْ إِنْ عَضَلَ مُجْبِرٌ مِنْ تَزْوِيْجِهَا بَكُفْءٍ عَيَّنَتْهُ وَقَدْ عَيَّنَ هُوَ كُفْأً آخَرَ غَيْرَ مُعَيَّنِهَا وَإِنْ كَانَ مُعَيَّنُهُ دَوْنَ مُعَيَّنِهَا كَفَاءَةً (قَوْلُهُ لاَ يُزَوِّجُ إلخ) يَعْنِيْ لَوْ عَيَّنَتْ لِلْوَلِيِّ اْلمُجْبِرِ كُفْأً وَهُوَ عَيَّنَ لََهَا كُفْأً آخَرَ غَيْرَ كُفْئِهَا لاَ يَكُوْنُ عَاضِلاً بِذَلِكَ فَلاَ يُزَوِّجُهَا اْلقَاضِيْ بَلْ تَبْقَى اْلوِلاَيَةُ لَهُ وَذَلِكَ ِلأَنَّ نَظْرَهُ أَعْلَى مِنْ نَظْرِهَا فَقَدْ يَكُوْنُ مُعَيَّنُهُ أَصْلَحُ لَهَا مِنْ مُعَيَّنِهَا وَقَوْلُهُ وَقَدْ عَيَّنَ هُوَ أَيْ اْلمُجْبِرُ وَقَوْلُهُ وَإِنْ كَانَ مُعَيَّنَهُ بِصِيْغَةِ اسْمِ اْلمَفْعُوْلِ وَهُوَ غَايَةٌ لِعَدَمِ تَزْوِيْجِ اْلقَاضِيْ حِيْنَئِذٍ أَيْ لاَ يُزَوِّجُ اْلقَاضِيْ حِيْنَئِذٍ وَإِنْ كَانَ مَنْ عَيَّنَهُ اْلمُجْبِرُ أَقَلَّ فِي اْلكَفَاءَةِ بِمَنْ عَيَّنَتْهُ هِيَ ِلأَنَّهُ لاَ يَكُوْنُ عَاضِلاً بِذَلِكَ اهـ

 

&    تحفة المحتاج في شرح المنهاج  الجزء 7  صحـ : 253 مكتبة دار إحياء التراث العربي

( وَلَوْ عَيَّنَتْ ) مُجْبَرَةٌ ( كُفْأً وَأَرَادَ اْلأَبُ ) أَوِ الْجَدُّ الْمُجْبِرُ كُفْأً ( غَيْرَهُ فَلَهُ ذَلِكَ ) وَإِنْ كَانَ مُعَيَّنُهَا يَبْذُلُ أَكْثَرَ مِنْ مَهْرِ الْمِثْلِ ( فِي اْلأَصَحِّ ) ِلأَنَّهُ أَكْمَلُ نَظَرًا مِنْهَا وَالثَّانِيْ يَلْزَمُهُ إجَابَتُهَا إِعْفَافًا لَهَا وَاخْتَارَهُ السُّبْكِيُّ وَغَيْرُهُ قَالَ اْلأَذْرَعِيُّ وَيَظْهَرُ الْجَزْمُ بِهِ إنْ زَادَ مُعَيَّنُهَا بِنَحْوِ حُسْنٍ أَوْ مَالٍ أَمَّا غَيْرُ الْمُجْبَرَةِ فَيَتَعَيَّنُ مُعَيَّنُهَا قَطْعًا لِتَوَقُّفِ نِكَاحِهَا عَلَى إذْنِهَا اهـ


Posting Komentar untuk "Menolak Perjodohan Orang Tua Dalam Islam"