Menitipkan Barang Kemudian Hilang

Menitipkan Barang Kemudian Hilang dalam hukum islam dan menurut pandangan fiqih dan fikih
Sebut saja pak Hilmi yang terkenal sangat hemat dalam hal apapun. Termasuk saat belanja di pasar, sepeda motornya yang seharusnya dititipkan di tempat parkir. Tidak diletakkan di tempat parkiran, akan tetapi dititipkan di sebuah toko. Ketika belanjanya sudah selesai dan akan mengambil kendaraanya, diapun terkejut setengah mati, karena kendaraan kesayangannya itu tidak ada di tempat. Akhirnya dia complain dan marah  kepada pemilik toko dan dia minta ganti rugi. Apakah pihak toko wajib mengganti rugi? Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap kasus tersebut? 

Jawab: Dengan syarat jika pada waktu penitipan pihak toko menyanggupi dititipi barang tersebut dan hilangnya kendaraan atau barang titipan tersebut didasari atas kecerobohan, maka pihak toko wajib mengganti.  

Referensi:

&    حاشية الجمل الجزء 4 صحـ : 476 مكتبة دار الفكر

( قَوْلُهُ مَعَ السُّكُوتِ ) أَيْ مِنْهُمَا أَخْذًا مِمَّا سَيَأْتِي فَلاَ ضَمَانَ عَلَى صَاحِبِ الْحَمَّامِ إذَا وَضَعَ إنْسَانٌ ثِيَابَهُ فِي الْحَمَّامِ وَلَمْ يَسْتَحْفِظْهُ عَلَيْهَا كَمَا هُوَ الْوَاقِعُ الآنَ اهـ ح ل أَيْ وَإِنْ فَرَّطَ فِي حِفْظِهَا بِخِلاَفِ مَا إذَا اسْتَحْفَظَهُ وَقَبِلَ مِنْهُ أَوْ أَعْطَاهُ أُجْرَةً لِحِفْظِهَا فَإِنَّهُ يَضْمَنُهَا إنْ فَرَّطَ كَأَنْ نَامَ أَوْ غَابَ وَلَمْ يَسْتَحْفِظْ مَنْ هُوَ مِثْلُهُ كَمَا لاَ يَخْفَى وَإِنْ فَسَدَتْ اْلإِجَارَةُ وَمِثْلُ ذَلِكَ الدَّوَابُّ فِي الْخَانِ فَلاَ يَضْمَنُهَا الْخَانِيُّ إلاَ إذَا قَبِلَ الِاسْتِحْفَاظَ أَوْ اْلأُجْرَةَ وَلَيْسَ مِنْ التَّفْرِيطِ مِنْ الْحَمَّامِيِّ وَالْخَانِيِّ مَا لَوْ كَانَ يُلاَحِظُ عَلَى الْعَادَةِ فَتَغَفَّلَهُ سَارِقٌ أَوْ خَرَجَتْ الدَّابَّةُ فِي بَعْضِ غَفَلاَتِهِ لِعَدَمِ تَقْصِيرِهِ فِي الْحِفْظِ الْمُعْتَادِ اهـ


Posting Komentar untuk "Menitipkan Barang Kemudian Hilang"