Larangan Berterus Terang Dalam Perbuatan Dosa
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ
وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيِّةِ وَالْجِهَةِ
وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ
أَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ
الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ، وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ
بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، وَلَوْلَا فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
مَا زَكَا
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ، وَاللهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ (النور: 21) إِنَّا
نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ، وَكُلَّ شَيْءٍ
أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ (يس: 12(
·
Ma’syirâl muslimîn rahimakumullâh
Mengawali khutbah kali ini, marilah kita senantiasa
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena, peningkatan iman dan taqwa
sejatinya dapat diperoleh dengan dua cara tersebut, yaitu menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam hal ini Imam Abu Hatim berkata:
أَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ
بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ
Artinya, “Iman itu sifatnya dinamis, dapat bertambah
dan berkurang. Bertambah karena ketaatan kepada Allah atau menjalankan perintahnya,
dan berkurang karena melakukan kemaksiatan.” (Abu Hatim Muhammad bin Hibban,
Shâhîhubnu Hibbân, [Beirut, Muassasatur Risâlah, 1414 H/1993 M], juz XI,
halaman 196).
·
Hadirin rahimakumullâh.
Kita semua pasti sepakat bahwa terus terang, berkata
benar, dan jujur merupakan sikap terpuji dan layak diteladani. Namun,
adakalanya sikap-sikap itu justru dilarang karena membawa bahaya. Contohnya,
dalam hal jujur dalam kemaksiatan. Rasulullah saw bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إِلاَّ المُجَاهِرِينَ
Artinya, “Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali
mujâhirîn atau orang-orang yang berterus terang dalam berbuat dosa.”
وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ
بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ:
يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا
Artinya, “Sungguh termasuk terang-terangan berbuat
dosa adalah seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia
menceritakannya padahal Allah telah menutupinya. Lalu ia berkata: ‘Hai Fulan,
tadi malam aku telah berbuat dosa begini dan begitu’.
وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ
سِتْرَ اللهِ عَنْهُ (متفق عليه)
Artinya, “Sebenarnya di malam hari Tuhannya telah
menutupi perbuatan dosanya itu, tetapi di pagi harinya dia menyingkap
perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Sekilas
hadits di atas terasa aneh. Mengapa ketika berbuat dosa dan tidak jujur justru
diampuni Allah, sedangkan orang yang jujur tidak mendapat ampunan?
Ketidakjujuran dalam kemaksiatan bukan berarti berbohong. Karena ketidakjujuran
dalam hadits di atas adalah ketidakjujuran dalam arti tidak menceritakan kesalahan
dan dosa.
Setidaknya
ada satu alasan penting tentang hal itu. Orang yang berbuat dosa, kemudian
jujur dan menceritakan kepada orang lain akan membuka kemungkinan dilakukannya
dosa serupa dalam lingkup yang lebih luas. Ketika suatu kemungkaran diumbar begitu
saja dan dianggap biasa, maka akan melahirkan gerakan masif untuk melakukan
kemungkaran itu.
Misalnya,
seorang guru yang jujur berkata: “Saya dulu pernah melakukan berbagai maksiat,
mabuk-mabukan, mencuri, dan berzina, kemudian saya bertaubat dan memperbaiki
diri hingga akhirnya menjadi guru seperti sekarang”. Bayangkan jika
perkataannya didengar oleh murid, tentu bisa menimbulkan kemungkinan munculnya
pemikiran bahwa mabuk-mabukan dan kemaksiatan lainnya adalah hal biasa di benak
muridnya. Karena gurunya pernah melakukannya. Pun ketika anak didiknnya jatuh
melalukan dosa, mereka memiliki alasan: “Tidak apa-apa berbuat dosa seperti
itu, dulu guruku juga melakukannya. Dia sendiri pernah bilang begitu.” Padahal,
mungkin tindakan guru menceritakan dosanya karena landasan kejujuran. Tetapi,
apa artinya kejujuran jika pada akhirnya justru mencetak pelaku-pelaku baru
dalam kemaksiatan?
Sementar
dalam hadits lain ditegaskan, ketika seorang berbuat dosa kemudian orang lain
mengikutinya karena terinspirasi oleh pelaku pertama, maka pahala dosa orang
yang mengikuti mengalir juga kepada pelaku pertama, atau bisa disebut juga dosa
jariyah. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ
أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أُجُورهمْ شَيءٌ
Artinya, “Orang yang melakukan perbuatan baik dalam
Islam maka baginya pahala dari perbuatannya itu dan pahala dari orang yang
melakukannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ
عَلَيهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيرِ أَنْ
يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهمْ شَيءٌ. (رواه مسلم)
Artinya, “Orang yang melakukan suatu perbuatan buruk,
maka baginya dosanya dan dosa orang yang melakukan sesudahnya, tanpa mengurangi
dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim).
Artinya,
ketika seseorang melakukan kemungkaran dan memutuskan bertaubat, lalu tidak
menceritakan perbuatan dosanya, maka secara tidak langsung dia telah membuka
sunnatan hasanatan dan menutup kemungkinan terbukanya sunnatan sayyiatan.
Karenanya, jika di antara kita sudah terlanjur melakukan kemaksiatan dan
kemungkaran, lebih baik segera menyesali diri, memohon ampunan dan bertaubat,
daripada menceritakan kepada orang lain yang tidak ada kaitannya dengan
perilaku kita.
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى، وَيُؤْتِ
كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ، وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ
عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ (هود: 3)
Artinya, “Hendaklah kalian memohon ampunan kepada
Tuhan kalian lalu bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan
yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan; Dia akan memberikan
karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik; dan jika kalian berpaling
maka sungguh Aku khawatir kalian akan ditimpa azab pada hari yang besar
(Kiamat).” (Surat Hud ayat 3).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ
الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
(وَنَخُصُّ خُصُوْصًا قُوْرُوْنَا) عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَ
عَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ
! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر. واللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .
أقِيْمُوْا الصَّلَاةَ .
File Khutbah PDF Bisa Di Download Di Sini
Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at Larangan Berterus Terang Dalam Perbuatan Dosa"