Dari berbagai macam-macam etika didalam tawassul, ada sebagian cara kyai yang bertawassul disebuah makam yang dianggap keramat atau baik dengan bahasa demikian; “Mbah Sunan, Njenengan walinipun Gusti Allah, Njenengan langkung keparek kalian Gusti Allah. Do’a Panjenengan langkung kasembadan deneng Gusti Allah. Kawulo nyuwun Panjenengan donga’aken dumateng Gusti Allah, supados ngijabahi dungo kulo”. Hal tersebut disebabkan mereka berkeyakinan, bahwa para wali yang telah wafat tersebut masih tetap bisa beraktifitas seperti halnya orang hidup.
Pertanyaan:
a. Dapatkah dibenarkan bertawasul dengan cara seperti yang disebutkan diatas?
Jawab: Dapat dibenarkan, sebab bahasa yang diungkapkan tidak mengesankan ke-syirik-an atau larangan dalam syari’at atau hukum Islam.
Referensi:
& شواهد الحق صحـ : 155 مكتبة الشاملة الإصدار الثاني
وَرَوَي اْلبَيْهَقِيُّ
وَابْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ أَنَّ النَّاسَ أَصَابَهُمْ قَحْطٌ فِيْ
خِلاَفَةِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَجَاءَ بِلاَلُ بْنِ اْلحَارِثَةِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ إِلَى قَبْرِ النَّبِيe وَقَالَ "يَا رَسُوْلَ اللهِ اسْتََسْْقِ ِلأُمَّتِكَ فَإِنَّهُمْ
هَلَكُوْا". فَأَتَاهُ رَسُوْلُ اللهِ e فِي اْلمَنَامِ وَأَخْبَرَهُ أَنَّهُمْ يُسْقَوْنَ
.وَلَيْسَ اْلاسْتِدْلاَلُ بِالرُّؤْيَا لِلنَّبِيِّ فَإِنَّ رُؤْيَاهُ وَإِنْ كَانَ
حَقًّا لَكِنْ لاَ تَثْبُتُ بِهَا اْلأَحْكَامُ ِلإِمْكَانِ اشْتِبَاِهِ اْلكَلاَمِ
عَلىَ الرَّائِيْ لاَ لِشَكٍّ فِي الرُّؤْيَا وَإِنَّمَا اْلاسْتِدْلاَلُ بِفِعْلِ
بِلاَلِ ابْنِ اْلحَارِثِ فِي اْليَقْظَةِ فَإِنَّهُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِي e فَإِتْيَانُهُ لِقَبْرِ النَّبِي e وَنِدَاؤُهُ لَهُ وَطَلَبُهُ أَنْ يَسْتَسْقِيَ ِلأُمَّتِهِ دَلِيْلٌ
عَلَى أَنَّ ذَلِكَ جَائِزٌ وَهُوَ مِنْ بَابِ التََّوَسُّلِ وَالتَشَفُّعِ وَاْلاسْتِغَاثَةِ
بِهِ وَذَلِكَ مِنْ أَعْظَمِ اْلقُرْبَاتِ . اهـ
b. Bagaimanakah cara bertawassul yang benar?
Jawab: Segala macam cara yang mengandung unsur permohonan kepada Allah Swt. dan meminta syafâ’at (bantuan) dengan segala hal yang dapat memperkuat terkabulnya do’a, dengan syarat utama adalah menghindari keyakinan, ucapan, maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama.
Referensi:
Posting Komentar untuk "Etika Tawasul Yang Benar"