1. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HANAFI
Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam
Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam
kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar tantang Wahhabi sebagai berikut:
“مَطْلَبٌ فِي أَتْبَاعِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ
الْخَوَارِجِ فِيْ زَمَانِنَا :كَمَا وَقَعَ فِيْ
زَمَانِنَافِيْ أَتْبَاعِ ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الَّذِيْنَ
خَرَجُوْا مِنْ نَجْدٍ وَتَغَلَّبُوْا عَلَى الْحَرَمَيْنِ
وَكَانُوْايَنْتَحِلُوْنَ مَذْهَبَ الْحَنَابِلَةِ لَكِنَّهُمْ
اِعْتَقَدُوْا أَنَّهُمْ هُمُ الْمُسْلِمُوْنَ وَأَنَّ مَنْ خَالَفَاعْتِقَادَهُمْ
مُشْرِكُوْنَ وَاسْتَبَاحُوْا بِذَلِكَ قَتْلَ أَهْلِ
السُّنَّةِ وَقَتْلَ عُلَمَائِهِمْ حَتَى كَسَرَ اللهُشَوْكَتَهُمْ وَخَرَبَ بِلاَدَهُمْ وَظَفِرَ بِهِمْ عَسَاكِرُ
الْمُسْلِمِيْنَ عَامَ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِيْنَ
وَمِائَتَيْنِوَأَلْفٍ.” اهـ (ابن عابدين، حاشية رد المحتار،
٤/٢٦٢
“Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul
Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada
pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai
dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini
bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan
mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan
membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan
mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada
tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar,
juz 4, hal. 262).
2. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB MALIKI
Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-Imam
Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan
semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain
sebagai berikut:
هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِجِ الَّذِيْنَ
يُحَرِّفُوْنَ تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ
وَأَمْوَالَهُمْ كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ اْلآَنَ فِيْ نَظَائِرِهِمْ
وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمُ الْوَهَّابِيَّةُ
يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلىَ شَيْءٍ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ
الْكَاذِبُوْنَ. (حاشية الصاوي على تفسير الجلالين، ٣/٣٠٧).
“Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij,
yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab
itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang
terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang
disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh
sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi
‘ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).
3. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB SYAFI’I
Dari kalangan ulama madzhab Syafi’i, al-Imam
al-Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan al-Makki, guru pengarang I’anah al-Thalibin,
kitab yang sangat otoritatif (mu’tabar) di kalangan ulama di Indonesia, berkata
tentang Wahhabi :
وَكَانَ
السَّيِّدُ عَبْدُ الرَّحْمنِ الْأَهْدَلُ
مُفْتِيْ زَبِيْدَ يَقُوْلُ: لاَ يُحْتَاجُ التَّأْلِيْفُ
فِي الرَّدِّ عَلَى ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ، بَلْ يَكْفِي فِي
الرَّدِّ عَلَيْهِ قَوْلُهُ صلى الله عليه وسلم سِيْمَاهُمُ التَّحْلِيْقُ،
فَإِنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهُ أَحَدٌ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ اهـ (السيد أحمد بن زيني دحلان، فتنة
الوهابية ص/٥٤).
“Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, mufti Zabid
berkata: “Tidak perlu menulis bantahan terhadap Ibn Abdil Wahhab. Karena sabda
Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu
“Tanda-tanda mereka (Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang
masuk dalam ajaran Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum
pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan ahli bid’ah.” (Sayyid Ahmad bin
Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyah, hal. 54).
4. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HAMBALI
Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam
Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub
al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul
Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:
عَبْدُ
الْوَهَّابِ بْنُ سُلَيْمَانَ
التَّمِيْمِيُّ النَّجْدِيُّ وَهُوَ وَالِدُ صَاحِبِ الدَّعْوَةِ
الَّتِيْ انْتَشَرَشَرَرُهَا فِي اْلأَفَاقِ لَكِنْ بَيْنَهُمَا
تَبَايُنٌ مَعَ أَنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يَتَظَاهَرْ بِالدَّعْوَةِ
إِلاَّ بَعْدَمَوْتِ وَالِدِهِ وَأَخْبَرَنِيْ بَعْضُ مَنْ لَقِيْتُهُ
عَنْ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ عَمَّنْ عَاصَرَ الشَّيْخَ عَبْدَالْوَهَّابِ
هَذَا أَنَّهُ كَانَ غَاضِبًا عَلىَ وَلَدِهِ مُحَمَّدٍ لِكَوْنِهِ
لَمْ يَرْضَ أَنْ يَشْتَغِلَ بِالْفِقْهِكَأَسْلاَفِهِ وَأَهْلِ جِهَتِهِ وَيَتَفَرَّسُ فِيْه أَنَّهُ يَحْدُثُ
مِنْهُ أَمْرٌ .فَكَانَ يَقُوْلُ لِلنَّاسِ: يَا مَا
تَرَوْنَ مِنْ مُحَمَّدٍ مِنَ الشَّرِّ فَقَدَّرَ اللهُ أَنْ صَارَ
مَاصَارَ وَكَذَلِكَ ابْنُهُ سُلَيْمَانُ أَخُوْ
مُحَمَّدٍ كَانَ مُنَافِيًا لَهُ فِيْ دَعْوَتِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ رَدًّا جَيِّداًبِاْلآَياَتِ وَاْلآَثاَرِ وَسَمَّى
الشَّيْخُ سُلَيْمَانُ رَدَّهُ عَلَيْهِ ( فَصْلُ
الْخِطَابِ فِي الرَّدِّ عَلىَمُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
الْوَهَّابِ ) وَسَلَّمَهُ اللهُ مِنْ شَرِّهِ وَمَكْرِهِ مَعَ تِلْكَ الصَّوْلَةِ الْهَائِلَةِ
الَّتِيْأَرْعَبَتِ اْلأَبَاعِدَ فَإِنَّهُ كَانَ إِذَا
بَايَنَهُ أَحَدٌ وَرَدَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى
قَتْلِهِ مُجَاهَرَةًيُرْسِلُ إِلَيْهِ مَنْ يَغْتَالُهُ فِيْ فِرَاشِهِ أَوْ فِي السُّوْقِ لَيْلاً لِقَوْلِهِ
بِتَكْفِيْرِ مَنْ خَالَفَهُوَاسْتِحْلاَلِ
قَتْلِهِ. اهـ (ابن حميد النجدي، السحب الوابلة على
ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).
“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi,
adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di
berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal
Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah
meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku,
dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat
murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para
pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik
tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada
masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai
akhirnya takdir Allah benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh
Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya
dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan
hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan
bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul
Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya
adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap
orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan
membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia
akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada
malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang
yang menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih
al-Hanabilah, hal. 275).
KESIMPULAN:
Perbuatan Tanpa Ilmu
Belakangan, dari Kaum Wahhabi kontemporer tidak
sedikit terlontar pernyataan tokoh-tokoh mereka yang menistakan generasi salaf
secara parsial (juz’i). Contoh :
Syaikh Nashir al-Albani dalam fatwanya
mengkafirkan al-Imam al-Bukhari karena melakukan ta’wil terhadap ayat
mutasyabihat dalam al-Qur’an. Dalam kitab al-Tawassul Ahkamuhu wa Anwa’uhu,
al-Albani juga mencela Sayyidah ‘Aisyah, dan menganggapnya tidak mengetahui
kesyirikan.
Syaikh Ahmad bin Sa’ad bin Hamdan al-Ghamidi,
menganggap al-Imam al-Hafizh al-Lalika’i, pengarang kitab Syarh Ushul I’tiqad
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, tidak bersih dari kesyirikan. Demikian sekelumit
contoh penistaan tokoh-tokoh Wahhabi terhadap generasi salaf dan para ulama
terkemuka secara parsial.
Demikian pernyataan ulama terkemuka dari empat
madzhab, Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, yang menegaskan bahwa golongan
Wahhabi termasuk Khawarij bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Tentu saja masih
terdapat ratusan ulama lain dari madzhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang
menyatakan bahwa Wahhabi itu Khawarij dan tidak mungkin kami kutip semuanya.
Pesan buat sahabat… berhati2lah wahai saudara
ku,dengan kelicikan kaum penyesat ummat itu, jangan mudah tertipu dengan kata2
manis mereka, tapi lihatlah dulu maksud dari nya ,karena kebusukan2 mereka
semua di balut dengan kata2/istilah yang menggugah hati.
Naudzubillah…
Lihat video terkait ajaran wahaby
Download
Download
Posting Komentar untuk "Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab dalam bingkai Madzahibul Arba'ah"