Bicara soal harta
dagangan, tidak lepas dengan yang namanya modal dan laba. Namun yang menjadi
masalah, ketika harta dagangan tersebut sudah haul dan mencapai nishab. Terkadang
masyarakat tidak mengikutkan laba dan ada juga yang dihitung hanya labanya
saja. Apakah antara modal dan labanya harus digabungkan dalam penghitungan haul
dan nishabnya?
Jawab: Ya, harus digabung.
Referensi:
&
الفقه
الإسلامي الجزء 3 صحـ : 232
وَرَأَى الشَّافِعِيَّةُ فِي اْلأَصَحِّ
أَنَّ الرِّبْحَ وَوَلَدَ الْعَرَضِ وَثَمْرَهُ كَثَمْرِ
الشَّجَرَةِ وَأَغْصَانِهَا وَوَرَقِهَا وَصُوْفِ الْحَيَوَانِ وَوَبَرِهِ وَشَعْرِهِ
هُوَ مَالُ تِجَارَةٍ يُضَمُّ لأَصْلِ رَأْسِ الْمَالِ وَأَنَّ حَوْلَهُ حَوْلُ اْلأَصْلِ
وَلَوْ كَانَ اْلأَصْلُ دُوْنَ نِصَابٍ لأَنَّ الرِّبْحَ وَنَحْوَهُ جُزْءٌ مِنَ اْلأَصْلِ
فَحَوْلُهُ حَوْلُ اْلأَصْلِ تَبْعًا كَنِتَاجِ الْمَاشِيَةِ السَّائِمَةِ اهـ
Posting Komentar untuk "Penggabungan Modal Dan Laba Dalam Nishab"