Suatu
hari, kang Qismuddin pusing tujuh keliling, karena Bakso yang telah Ia makan, ternyata
terbuat dari daging babi. Tanpa pikir panjang lagi, Ia langsung membasuh
mulutnya, tujuh kali basuhan. Tidak cukup itu saja, Ia berinisiatif untuk
mengeluarkan semua isi perutnya, dengan cara buang air besar. Namun, ketika Ia
mau bersuci (baca; cebok), dalam hatinya bertanya-tanya apakah anusnya harus
dibasuh sampai tujuh kali atau tidak. Apakah
bagi kang Qismuddin, disaat buang hajat anusnya wajib dibasuh tujuh kali?
Jawab: diperinci;
jika yang dimakan berupa daging atau tulang halus, maka tidak wajib dibasuh
tujuh kali, walaupun keluarnya masih utuh berupa daging. Namun jika yang
dimakan berupa anggota yang tidak mungkin hancur, seperti; tulang atau rambut,
maka wajib dibasuh tujuh kali.
Referensi:
&
حاشية
البجيرمي على الخطيب الجزء 1 صحـ : 332 مكتبة دار الفكر
وَلَوْ أَكَلَ لَحْمَ
نَحْوِ كَلْبٍ لَمْ يَجِبْ تَسْبِيعُ مَحَلِّ اْلاسْتِنْجَاءِ كَمَا نَقَلَهُ
الرُّوْيَانِيُّ عَنْ النَّصِّ قَوْلُهُ (
لَحْمَ نَحْوِ كَلْبٍ ) وَمِثْلُهُ الْعَظْمُ اللَّيِّنُ الَّذِيْس يُؤْكَلُ مَعَ
اللَّحْمِ ع ش قَوْلُهُ ( لَمْ يَجِبْ تَسْبِيعُ مَحَلِّ اْلاسْتِنْجَاءِ ) وَلَوْ
خَرَجَ غَيْرُ مُسْتَحِيْلٍ ِلأَنَّ مِنْ شَأْنِهِ اْلاسْتِحَالَةَ وَيَجِبُ
التَّسْبِيعُ مِنْ خُرُوجِ الْعَظْمِ وَإِنِ اسْتَحَالَ ِلأَنَّ مِنْ شَأْنِهِ
عَدَمَ اْلاسْتِحَالَةِ كَمَا قَرَّرَهُ شَيْخُنَا ح ف وَمِثْلُهُ الشَّعْرُ
فَإِنَّهُ يَجِبُ تَسْبِيعُ الدُّبُرِ مِنْهُ اهـ
&
أسنى
المطالب الجزء 1 صحـ : 23 مكتبة دار الكتاب الإسلامي
( قَوْلُهُ إذَا
غَسَلَ فَمَهُ الْمُتَنَجِّسَ إلَخْ ) وَلَوْ أَكَلَ لَحْمَ كَلْبٍ نَصَّ الشَّافِعِيُّ
عَلَى أَنَّهُ يَغْسِلُ فَمَهُ سَبْعًا وَيُعَفِّرُهُ وَأَنَّهُ يَكْفِيْ فِي
قُبُلِهِ وَدُبُرِهِ مِنْ أَجْلِ الْبَوْلِ أَوِ الْغَائِطِ مَرَّةٌ وَاحِدَةٌ اهـ
Posting Komentar untuk "Buang Air Besar Setelah Makan Daging Anjing / Babi"