Sebut saja kang
Dikkrun yang tidak diragukan lagi dalam hal khath (gaya tulis arab), dia
sering mendapat order dari teman-temannya untuk dibuatkan tulisan ayat al-Qur’an baik dalam acara maulid Nabi atau acara
yang lain. Bahkan pernah suatu ketika dia diminta oleh sebuah perusahan untuk
menulis al-Qur’an dan hasilnya akan dicetak.
Namun dibalik kemahirannya itu tak jarang dia dalam menggarap tulisan tersebut
tidak dalam keadaan suci alias berhadast. Apakah orang yang berhadats boleh
menulis al-Qur’an?
Jawab: Boleh, asalkan tidak sampai menyentuh tulisannya.
Referensi:
&شرح البهجة الوردية الجزء 1 صحـ : 146 مكتبة
المطبعة الميمنية
وَلَا يَمْنَعُ الْحَدَثُ كَتْبَ الْقُرْآنِ إذَا خَلَا الْمَكْتُوبُ عَنْ مَسٍّ
وَحَمْلٍ اهـ
Posting Komentar untuk "Menulis Al-Qur’an Dalam Keadaan Hadats"