Menyucikan Najis Mugholadhoh Dengan Sabun

Assalamu alaikum. 
Cara mensucikan najis mugholadoh setelah ian najasah hilang adalah : dengan dicuci 7x salah satunya dicampur dengan debu.

Pertanyaan :
Apakah boleh menggunakan sabun sebagai pengganti dari debu ?


JAWABAN :
Wa'alaikumussalaam wr wb
Langsung saja simak ulasan di bawah ini :

كفاية الخيار ١ / ٧١
وهل يقوم الصابون والأشنان مقام التراب فيه أقوال :
أحدها نعم كما يقوم غير الحجر مقامه في الاستنجاء وكما يقوم غير الشب والقرظ في الدباغ مقام وهذا ما صححه النووي في كتابه روؤس المسائل
والأظهر في الرافعي والروضة وشرح المهذب أنه لا يقوم لأنها طهارة متعلقة بالتراب فلا يقوم غيره مقامه كاليتيم
والقول الثالث إن وجد التراب لم يقم وإلا قام

Apakah sabun busa menggantikan debu ?
Dalam hal ini ada 3 qoul
1. Sabun bisa menggantikan debu. Ini adalah pendapat yang dishahihkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Ru`uusul Masaa`il, bisa, 

2. Sabun tidak bisa menggantikan debu. Ini menurut pendapat yang azh-har, sebagaimana dalam kitab Raudhah dan Syarah al Muhadzdzab (karya Imam Nawawi).
3. Jika ada debu, maka sabun tidak bisa menggantikan, jika tidak ada, maka sabun bisa menggantikan. 

Tambahan ibarot :
روضة الطالبين وعمدة المفتين ج 1 - الصفحة 32
ولا يقوم الصابون والإشنان ونحوهما مقام التراب على الأظهر كالتيمم ويقوم في الثاني كالدباغ والاستنجاء والثالث إن وجد ترابا لم يقم وإلا قام وقيل يقوم فيما يفسده التراب كالثياب دون الأواني

“Sabun dan alat pembersih selainnya tidak dapat mengganti kedudukan debu menurut pendapat yang paling dzahir sebagaimana dalam tayammum, menurut pendapat kedua “bisa mengganti seperti dalam bahasan menyamak dan istinjak”, menurut pendapat ketiga “bila ditemukan debu, bila tidak ditemukan bisa mengganti”, menurut pendapat lain “bisa mengganti dalam perkara yang rusak bila dibersihkan dengan debu seperti pakaian tidak seperti dalam sejenis perkakas”. [ Raudhah at-Thoolibiin I/32 ].

الكتاب : تحفة الحبيب على شرح الخطيب ( البجيرمي على الخطيب ) ج 1 – الصفحة 491المؤلف : سليمان بن محمد بن عمر البجيرمي الشافعي دار النشر : دار الكتب العلمية – بيروت/ لبنان – 1417هـ -1996مقوله :

( ويتعين التراب ) راجع لقول المصنف بتراب ق ل .قوله : ( جمعاً بين نوعي الطهور ) أشار بذلك إلى أنه لا مدخل للقياس هنا أي : فلا يكفي الصابون والأشنان ونحو ذلك ، لأنه ليس من نوعي الطهور أي فلا يصح قياسه هنا ، وأما ما تقدم من الدبغ من أنه قيس فيه كل شيء حريف ، فإنه لم تذكر فيه هذه العلة وهي قوله جمعاً بين نوعي الطهور فتأمل . قوله ( كأشنان ) بضم الهمزة وكسرها لغة مصباح وهو الغاسول

“Maka tidak cukup disucikan dengan menggunakan Sabun dan alat pembersih selainnya karena ia bukan jenis dua hal yang dilegalkan oleh syara’ dalam bahasan thaharah (air dan debu) maka tidak boleh menganalogkannya dalam masalah ini, sedang dalam bahasan lalu dimana diperbolehkan menggunakan dan mengqiyaskan sabun dalam menyamak karena yang dipentingkan dalam menyamak adalah setiap hal yang dapat menghilangkan lender-lendir pada kulit”. [ Tuhfah al-Habiib I/491 ].

الكتاب : فتح العزير بشرح الوجيز = الشرح الكبير ج 1 – الصفحة 260-262المؤلف : عبد الكريم بن محمد الرافعي القزويني (المتوفى : 623هـ)
هل يقوم الصابون والاشنان مقام التراب فيه ثلاثة أقوال أظهرها لا: لظاهر الخبر ولانها طهارة متعلقة فلا يقوم غيره مقامه كالتيمم والثاني نعم كالدباغ يقوم فيه غير الشب والقرظ مقامهما وكالاستنجاء يقوم فيه غير الحجارة مقامها. الثالث أن وجد التراب لم يعدل إلى غيره وان لم يجده جاز اقامة غيره مقامه للضرورة ومنهم من قال يجوز اقامة غير التراب مقامه فيما يفسد باستعمال التراب فيه كالثياب ولا يجوز فيما لا يفسد كالاواني

“Apakah sabun dan alat pembersih selainnya dapat mengganti kedudukan debu ?Terdapat tiga pendapat dalam hal ini :
1.Tidak, bila melihat dzahirnya hadits dan karena ini adalah tahaharah yang saling berkaitan maka tidak dapat diganti selainnya seperti halnya tayammum
2.Dapat mengganti, seperti dalam bahasan menyamak yang bisa diganti oleh selain tawas dan Qardh (daun pohon yang digunakan menyamak) dan dalam bahasan istinjak yang boleh memakai selain batu
3.Bila ditemukan debu tidak boleh beralih pada lainnya, bila tidak ditemukan bisa selain debu (seperti halnya sabun ) mengganti kedudukannya4. Menurut pendapat lain “bisa mengganti dalam perkara yang rusak bila dibersihkan dengan debu seperti pakaian tidak seperti dalam sejenis perkakas”. [ Fath al-‘Aziiz I/260-262 ]. 

Wallaahu A'lamu Bis Showaab

Posting Komentar untuk "Menyucikan Najis Mugholadhoh Dengan Sabun"