Kitab Hasyiyah Al Bajuri

Kitab Hasyiyah Ibrahim al Bajuri

Kitab Hasyiyah Ibrahim al Bajuri

(حاسية الشيخ ابراهيم البيجورى)

Merupakan kitab fiqih madzhab Syafii karya Syekh Burhanuddin Ibrahim al Bajuri bin Syekh Muhammad alJizawi bin Ahmad, atau lebih dikenal dengan nama Syekh Ibrahim al Baijuri.

Biografi lengkap Pengarang kitab ini adalah Ibrohim Al-Bajuri atau secara singkat bisa disebut Al-Bajuri. Sedangkan nama lengkap beliau adalah; Burhanuddin Abu Ishaq Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al-Bajuri Al-Manufi Al-Mishri. Beliau lahir pada tahun 1197 H dan wafat pada Kamis, 28 Dzulqa'dah 1276 H/19 Juli 1860 M. Di usia remajanya yakni 14 tahun beliau sudah belajar ke Al-Azhar. Dengan modal ulet dan ketekunannya dalam belajar serta bermulazamah dengan sejumlah syaikh, akhirnya beliu naik sampai ke derajat Syaikhul Azhar Asy-Syarif di zamannya. Di antara sekian murid Al-bajuri yang terkenal adalah Rifa’ah Ath-Thohthowi.

Adapun motivasi penulisan kitab hasyiyah al bajuri ini (seperti halnya keteraangan dalam muqaddimah kitab beliau) adalah : Al-Bajuri melihat Matan Abu Syuja’ adalah mukhtashor yang penuh berkah dan banyak dimanfaatkan. Demikian pula syarahnya yang bernama “Fathu Al-Qorib”, hal ini terbukti dengan banyak sekali ulama’ yang membuat kitab hasyiyah (komentar) atas kitab Fathul Qorib tersebut. Diantara beberapa hasyiyah yang ada pada saat itu adalah kitab “Hasyiyah Al-Birmawi”. Hanya saja, beliau melihat dalam “Hasyiyah Al-Birmawi” ini masih banyak ungkapan-ungkapan yang tidak mudah dipahami oleh kalangan mubtadi (pelajar pemula). Oleh karena itu, setelah melihat problem ini, beliau didorong berkali-kali oleh kolega dan ulama sezamannya untuk membuat hasyiyah dengan bahasa yang enak dan mudah dicerna oleh para pemula dan dengan dukungan berbagai fihak beliaupun tergerak untuk melakukannya. Karena itu lahirlah “Hasyiyah Al-Bajuri”.

Hasyiyah Al-Bajuri populer di masyarakat karena bahasanya enak, indah dan mudah dicerna. Kemudahan bahasa ini menjadi salah satu ciri yang menonjol dari kitab ini sekaligus menjadi keistimewaannya jika dibandingkan dengan kitab hasyiyah yang lainnya.

Berikut beberapa keistimewaan kitab Hasyiyah Al-Bajuri: 

1. Menjelaskan semua istilah dalam berbagai bidang ilmu sehingga sangat memudahkan pembacanya untuk memahami isinya. Jika ada “illat shorf” pada sebuah kata, maka Syaikh Al-Bajuri menjelaskan wazan (padanan kosa kata) pada kalimat tersebut, proses i’lalnya, proses ibdalnya, proses pembentukan jamaknya, asal mufrodnya, bentuk mudzakkarnya, dan bentuk muanntasnya. 

2. Jika ada ungkapan yang salah dalam kitab “Fathu Al-Qorib” maka beliau mengoreksinya. 

3. Jika ada ungkapan yang kurang jelas maka beliau memperjelasnya. Sehingga menjadikan kitab “Hasyiyah Al-Bajuri” itu detail, padat isi, dan luas jangkauannya.

 4. Meskipun kitab ini dinamai hasyiyah, tapi secara fakta justru malah lebih dekat ke syarah. Syarah lebih mudah difahami oleh pemula daripada hasyiyah. Oleh karena itu hasyiyah Al-Bajuri tidak mensyaratkan pengkajinya harus mencapai level “expert” dalam mazhab Asy-Syafi’i untuk memahaminya.

Sudah masyhur mulai zaman dulu bahwa mubtadi (pelajar pemula) akan dianggap menyia-nyiakan waktu jika langsung mencoba menelaah hasyiyah. Hal itu karena ungkapan-ungkapan yang dipakai dalam hasyiyah memang diperuntukkan untuk pengkaji fikih level tinggi. Bagi pemula, seharusnya mereka mempelajari matan/muktashor dan menghafalnya bukan langusng mengkaji hasyiyah. Hal ini kita bias mngutip maqolah dari Ahmad bin Hasan Al-‘Atthos (w.1334 H) :

من قرأ الحواشي ما حوى شي

“Barangsiapa (di kalangan pemula) mengkaji hasyiyah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa”

Hal ini dikarenakan Hasyiyah hanya akan bermanfaat bagi orang yang level keilmuannya sudah tingkat lanjut/advanced, karena hal-hal yang umumnya sudah diketahui oleh pelajar tingkat lanjut tidak akan diterangkan oleh pengarang hasyiyah. Pengarang hasyiyah hanya akan menerangkan hal-hal yang paling sulit sehingga tetap bermanfaat bagi pelajar tingkat lanjut itu.

Namun berbeda dengan kitab “Hasyiyah Al-Bajuri”. Karena pendekatan menulisnya lebih ke arah syarah, pelajar pemula yang merangkak menuju level menengah pun bisa menelaahnya.

 

Metode penulisan  kitab Hasyiyah Al-Bajuri :

Imam Al-Bajuri dalam menerangkan ungkapan dalam “Fathu Al-Qorib” memberikan quyud (batasan-batasan) dan amtsilah (contoh-contoh) yang bertujuan lebih memudahkan kalnagn pembaca untuk menangkapnya. Jika ada pembahasan furu’ fikih, maka Imam Al-Bajuri menjelaskan kaidah ushul yang mendasarinya, termasuk aspek nahwu, dan asybah wan-nazhoirnya. Jika dibahas nahwu maka Al-Bajuri akan menyebutkan “syahid-syahid” (dalil kebahasaan) yang relevan dengan pembahasan nahwu tersebut.

Refrensi dan rujukan kitab Hasyiyah Al-Bajuri :

Syaikh Al-Bajuri dalam menulis hasyiyah ini merujuk pada karya-karya Asy-Syafi’i, nukilan-nukilan dari ashabul wujuh, syarah-syarah mukhtashor Al-Muzani, kitab-kitab Al-Ghozzali, kitab-kitab syaikhoini, kitab-kitab Ibnu Ar-Rif’ah, syarah-syarah Minhaj Ath-Tholibin, dan kitab-kitab Zakariyya Al-Anshori dan syarah-syarahnya. Beliau juga banyak mengambil rujukan dari syarah-syarah matan Abu Syuja’, Al-Iqna’ karya Al-Khothib Asy-Syirbini, Fathu Al-Ghoffar karya Ibnu Qosim Al-‘Abbadi, hasyiyah-hasyiyah Fathu Al-Qorib seperti Hasyiyah Al-Qolyubi, Hasyiyah Al-Birmawi, Hasyiyah Athiyyah Al-Ujhuri, Hasyiyah Al-Bulbaisi dan masih banyak lagi kitab rujukan lainnya.

Dengan referensi sebanyak ini wajar jika mutu Hasyiyah Al-Bajuri masuk dalam jajaran kitab syarah dan hasyiyah level tinggi.

Di sisi lain yang membuat nyaman pada pemula untuk membaca kitab hasyiyah, Al-Bajuri ini adalah penjelasan mana pendapat mu’tamad, mana yang bukan mu’tamad, mana yang rojih, dan mana yang marjuh, sehingga para pembaca tinggal mencomot pendapat yang dipilih tanpa harus berfikir ulang tentang kedudukan qoul tersebut.

Dalam permasalah khilafiyyah Syaikh Al-Bajuri juga menyebut ikhtilaf antara Ibnu Hajar Al-Haitami dan Syamsuddin Ar-Romli. Pada permasalahan Khilafiyyah seringkali beliau menguatkan pendapat Syamsuddin Ar-Romli. Hal ini wajar, karena Syaikh Al-Bajuri banyak belajar pada ulama Mesir dan bahkan menjadi Syaikhul Azhar di negeri tersebut, dan sudah maklum bahwa mayoritas tumpuan ulama-ulama Mesir adalah kitab-kitab Ar-Romli, terutama kitab “Nihayatu Al-Muhtaj”. Kata Al-Kurdi dalam Al-“Fawaid Al-Madaniyyah”. Ulama-ulama Mesir telah “diikat perjanjian” bahwa mereka hanya akan mengambil ijtihad dan fatwa Ar-Romli saja. Hanya saja Al-Bajuri kadang-kadang menguatkan pendapat Ibnu Hajar Al-Haitami pada persoalan-persoalan yang beliau pandang cocok dengan masanya. Namun perlu digaris bawahi bahwa hal yang seperti ini berjumlah sedikit dan terbatas.

Yang menjadikan kitab Hasyiyah Al-Bajuri ini patut untuk dijadikan pegangan adalah bahwa kitab ini  telah ditahqiq oleh Syaikh Mahmud Al-Hadidi. Dalam mentahqiq, Al-Hadidi meneliti lima manuskrip dan tiga edisi cetakan yang mana satu naskah telah dikoreksi oleh Abu Al-Wafa’ Nashr Al-Hurini. Motivasi Al-Hadidi dalam mentahqiq adalah atas permintaan dan saran para ulama sejawat dan para penuntut ilmu yang mengadu kesulitan menelaah kitab Hasyiyah Al-Bajuri dari terbitan-terbitan lama yang dipenuhi kesalahan cetak dan kesalahan ilmiah. Masa empat tahun telah dihabiskan oleh Al-Hadidi untuk mentahqiq kitab ini atas supervisi penerbit Dar Al-Minhaj sampai akhirnya bisa terbit dalam 4 jilid dengan ketebalan hampir 3000 halaman.

Semoga Allah memasukkan kita menjadi golongan ulama’-ulama’ salaf yang sholeh serta bisa berdampingan dengan mereka sampai di syurgaNya. Allahumma Aamiin.

رحم الله الباجوري رحمة واسعة

اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين

 

Link Download hasyiyah al bajuri pdf :


Posting Komentar untuk "Kitab Hasyiyah Al Bajuri"